Pertemuan perdana
KESWANT
TEMA: HUMAN
TRAFFICKING (PERDAGANGAN MANUSIA)
1. Pengantar
Human
trafficking adalah problema yang menjadi perhatian semua manusia. Di daerah
terkecil pun human trafficking menjadi
fenomena umum. Di NTT misalnya, persoalan human trafficking akhir-akhir
ini menjadi masalah yang menyita perhatian banyak orang. Masalah perdagangan
manusia adalah kenyataan yang mencekam di NTT karena daerah NTT menempati
urutan teratas sebagai propinsi yang melakukan perdagangan manusia (sumber;
kapolda NTT). Persoalan itu tidak terlepas dari keberadaan pemerintah yang
dinilai diam dan tidak serius menangani masalah kemanusiaan. Hal itu berangkat
dari kenyataan bahwa kapolda NTT berusaha untuk menutup kasus itu supaya tidak
terungkap ke ruang publik. Belakangan juga diketahui adanya dugaan keterlibatan
dari pejabat yang berada di propinsi NTT.
Peran besar perusahaan yang merekrut Tenaga Kerja Indonesia (TKI) – PT.
Malindo Mitra Perkasa – yang berpusat di Depok, Jawa Barat, mendukung
disembunyikannya kasus-kasus perdagangan manusia. Ada banyak pelanggaran yang
dilakukan PT. Malindo, diantaranya: penyekapan TKI di Batam, kriminalisasi
polisi Rudi Soik, pengiriman TKI ilegal (tidak mempunyai identitas, melebihi
kuota, dsb. Oleh karena itu, siapapun yang berani membongkar mafia di balik
perdagangan manusia, akan dikriminalisasikan (contoh: Brigadir Rudi Soik).
2. Solusi:
Langkah yang
sudah diambil pemerintah:
·
Pemerintah pusat (Menteri Ketenagakerjaan,
Hanif) mendesak agar segera menutup PT. Malindo Mitra Perkasa yang membuka
cabang di NTT).
·
Memecat pejabat Yang diduga terlibat dalam
perdagangan manusia
·
Membongkar jaringan mafia perdagangan manusia
3. Sharing
anggota
a. Ronal :
·
Kurangnya pendidikan
seseorang membuat dia lemah untuk mengelola informasi yang masuk dan percaya
begitu saja tawaran seseoarang.
·
Kebutuhan hidup yang semakin bertambah mendorong
orang untuk merantau demi manyambung hidupnya tanpa memperhitungkan dampak
buruk
·
Solusi pemerintah diharapakan untuk melakukan
pemberdayaan manusia, misalnya melalui bantuan dan sosialisasi
·
Solusi: pemerintah harus meningkatkan lapangan
kerja (kesempatan kerja)
·
Budaya: gotong-royong kadang menimbulkan gengsi
b. Umbu :
·
Pendidikan selalu berhubungan dengan
pembangunan. Relasi pembangunan – pendidikan – meningkatnya jumlah TKI yang
bekerja ke luar negeri sangat kuat. Banyak orang ingin bekerja ke luar negeri
bukan saja untuk tujuan uang tetapi ingin mengetahui situasi kota/tempat yang
lebih modern. Ini berawal dari kanyataan bahwa mereka tidak merasakan efek
pembangunan.
·
Pertanian adalah sektor utama bagi masyarakat
NTT, jadi kita harus menjaga sektor itu dengan baik. Untuk menjaga sektor ini
adalah kita harus menolak tambang, karena tambang bertolak belakang dengan
pertanian. Tambang akan mengurangi debit air, karena hutan sebagai sumber
produksi akan rusak oleh tambang.
·
Kembangkan kebudayaan secara maksimal sehingga kita tidak akan lari ke luar negeri,
karena kita bisa mendapatkan uang dari sektor itu.
·
Kita tidak bisa menyalahkan kebudayaan karena
kebudayaan itu sebenarya menginginkan adanya kreativitas masyarakat.
c. Sollan :
·
Menjadi TKI bukan sebuah kesalahan, yang menjadi
masalahnya adalah minimnya pendidikan dan keterampilan yang dimiliki oleh TKI
itu.
·
Demi mewujudkan kemauan untuk menjadi TKI,
orang-orang di kampung – yang diasingkan dari pembangunan – mengorbankan banyak
hal (menjual tanah, meminjam uang, dan menitipkan anak).
·
Masyarakat kita kadang tidak tahu diri: memaksa
kemampuan diri sendiri
d. Seto :
·
Dorongan mendasar yang menyebabkan meningkatnya
jumlah TKI adalah ingin merasakan aroma hidup di kota.
·
Minimnya pendidikan seeorang mempengaruhi cara
berpikir dan cara memfilter informasi yang masuk – ajakan dari para calo,
teman-teman, dan sebagainya.
·
Gereja harus menyeimbangkan antara kata-kata dan
perbuatan (aksi nyata)
e. Wira :
·
Persoalan trafficking adalah puncak dari
masalah-masalah keterasingkan publik dari pembangunan. Yang kita kritisi bukan
masalah pucaknya tapi akarnya. Artinya, kita jangan terlalu bicara hanya
seputar trafficking, tapi bagaimana kita memecahkan akar persoalannya, yakni
mendorong pemerintah untuk memajukan pembangunan masyarakat.
f.
Dede :
·
Salah pengertian tentang apa itu gaul?. Kita
menilai istilah gaul sebagai sesautu yang memeras dan menyiksa kita sendiri.
·
Gereja harus melakukan pendekatan, mempengaruhi
mental masyarakat, karena gereja mempunyai kemampuan yang baik untuk melakukan
pendekatan.
g. Cahyo :
·
Masyarakat kadang salah menyikapi kebudayaan.
Misalnya, belis.
·
Belis kadang menjadi alasan seseorang untuk
mencari uang yang lebih karena kurangnya pemasukan yang diterima.
h. Uno :
·
Hubungan antara agen dengan PT. Malindo terjadi
dengan adanya deal – dijanjikan sejumlah uang sesuai jumlah yang dicapai
·
Agen berusaha untuk menawarkan hal-hal menarik
agar bisa membujuk orang menjadi TKI
i.
Rio :
·
Pemerintah harus berperan penting dalam mencegah
terjadinya masalah human trafficking, dengan membuat peraturan.
4. Diskusi
:
·
Masalah kesejahteraan menjadi alasan mendasar
untuk menjadi TKI
·
Pemerintah desa perlu melakukan pendekatan
dengan masyarakat sebagai salah satu upaya mengatasi masalah human trafficking,
mengingat masyarakat yang berada di daerah terpencil cenderung menjadi korban
maka pemerintah desa perlu bekerja optimal.
·
Apa yang perlu kita buat untuk menangani masalah
krusial “Human trafficking” di NTT?
o
Menginformasikan kepada masyarakat/keluarga
mengenai human trafficking dengan melihat atau menyikapi fenomena di masyarakat
di mana masyarakat menjadi objek dari para mafia perdagangan manusia.
o
Beraspirasi lewat media misalkan dalam bentuk
tulisan atau lainnya.
Menurut data dari IOM tahun 2010 ( International Organization of Migration) sekitar 200.000 orang lebih menjadi korban perdagangan manusia yang terjadi di Asia Tenggara.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBekerja di tanah sendiri lebih nikmat,....berkreatifitaslah untuk membuka peluang kerja
BalasHapus