Selasa, 02 Desember 2014

Human Trafficking: Puncak Problem Pembangunan

Pertemuan perdana KESWANT
TEMA: HUMAN TRAFFICKING (PERDAGANGAN  MANUSIA)
1.       Pengantar
Human trafficking adalah problema yang menjadi perhatian semua manusia. Di daerah terkecil pun human trafficking menjadi  fenomena umum. Di NTT misalnya, persoalan human trafficking akhir-akhir ini menjadi masalah yang menyita perhatian banyak orang. Masalah perdagangan manusia adalah kenyataan yang mencekam di NTT karena daerah NTT menempati urutan teratas sebagai propinsi yang melakukan perdagangan manusia (sumber; kapolda NTT). Persoalan itu tidak terlepas dari keberadaan pemerintah yang dinilai diam dan tidak serius menangani masalah kemanusiaan. Hal itu berangkat dari kenyataan bahwa kapolda NTT berusaha untuk menutup kasus itu supaya tidak terungkap ke ruang publik. Belakangan juga diketahui adanya dugaan keterlibatan dari pejabat yang berada di propinsi NTT.
Peran besar perusahaan yang merekrut Tenaga Kerja Indonesia (TKI) – PT. Malindo Mitra Perkasa – yang berpusat di Depok, Jawa Barat, mendukung disembunyikannya kasus-kasus perdagangan manusia. Ada banyak pelanggaran yang dilakukan PT. Malindo, diantaranya: penyekapan TKI di Batam, kriminalisasi polisi Rudi Soik, pengiriman TKI ilegal (tidak mempunyai identitas, melebihi kuota, dsb. Oleh karena itu, siapapun yang berani membongkar mafia di balik perdagangan manusia, akan dikriminalisasikan (contoh: Brigadir Rudi Soik).
2.       Solusi:
Langkah yang sudah diambil pemerintah:
·         Pemerintah pusat (Menteri Ketenagakerjaan, Hanif) mendesak agar segera menutup PT. Malindo Mitra Perkasa yang membuka cabang di NTT).
·         Memecat pejabat Yang diduga terlibat dalam perdagangan manusia
·         Membongkar jaringan mafia perdagangan manusia
3.       Sharing anggota
a.       Ronal     :
·         Kurangnya pendidikan seseorang membuat dia lemah untuk mengelola informasi yang masuk dan percaya begitu saja tawaran seseoarang.
·         Kebutuhan hidup yang semakin bertambah mendorong orang untuk merantau demi manyambung hidupnya tanpa memperhitungkan dampak buruk
·         Solusi pemerintah diharapakan untuk melakukan pemberdayaan manusia, misalnya melalui bantuan dan sosialisasi
·         Solusi: pemerintah harus meningkatkan lapangan kerja (kesempatan kerja)
·         Budaya: gotong-royong kadang menimbulkan gengsi
b.      Umbu   :
·         Pendidikan selalu berhubungan dengan pembangunan. Relasi pembangunan – pendidikan – meningkatnya jumlah TKI yang bekerja ke luar negeri sangat kuat. Banyak orang ingin bekerja ke luar negeri bukan saja untuk tujuan uang tetapi ingin mengetahui situasi kota/tempat yang lebih modern. Ini berawal dari kanyataan bahwa mereka tidak merasakan efek pembangunan.
·         Pertanian adalah sektor utama bagi masyarakat NTT, jadi kita harus menjaga sektor itu dengan baik. Untuk menjaga sektor ini adalah kita harus menolak tambang, karena tambang bertolak belakang dengan pertanian. Tambang akan mengurangi debit air, karena hutan sebagai sumber produksi akan rusak oleh tambang.
·         Kembangkan kebudayaan secara maksimal  sehingga kita tidak akan lari ke luar negeri, karena kita bisa mendapatkan uang dari sektor itu.
·         Kita tidak bisa menyalahkan kebudayaan karena kebudayaan itu sebenarya menginginkan adanya kreativitas masyarakat.
c.       Sollan    :
·         Menjadi TKI bukan sebuah kesalahan, yang menjadi masalahnya adalah minimnya pendidikan dan keterampilan yang dimiliki oleh TKI itu.
·         Demi mewujudkan kemauan untuk menjadi TKI, orang-orang di kampung – yang diasingkan dari pembangunan – mengorbankan banyak hal (menjual tanah, meminjam uang, dan menitipkan anak).
·         Masyarakat kita kadang tidak tahu diri: memaksa kemampuan diri sendiri
d.      Seto       :
·         Dorongan mendasar yang menyebabkan meningkatnya jumlah TKI adalah ingin merasakan aroma hidup di kota.
·         Minimnya pendidikan seeorang mempengaruhi cara berpikir dan cara memfilter informasi yang masuk – ajakan dari para calo, teman-teman, dan sebagainya.
·         Gereja harus menyeimbangkan antara kata-kata dan perbuatan (aksi nyata)
e.      Wira       :
·         Persoalan trafficking adalah puncak dari masalah-masalah keterasingkan publik dari pembangunan. Yang kita kritisi bukan masalah pucaknya tapi akarnya. Artinya, kita jangan terlalu bicara hanya seputar trafficking, tapi bagaimana kita memecahkan akar persoalannya, yakni mendorong pemerintah untuk memajukan pembangunan masyarakat.
f.        Dede     :
·         Salah pengertian tentang apa itu gaul?. Kita menilai istilah gaul sebagai sesautu yang memeras dan menyiksa kita sendiri.
·         Gereja harus melakukan pendekatan, mempengaruhi mental masyarakat, karena gereja mempunyai kemampuan yang baik untuk melakukan pendekatan.
g.       Cahyo   :
·         Masyarakat kadang salah menyikapi kebudayaan. Misalnya, belis.
·         Belis kadang menjadi alasan seseorang untuk mencari uang yang lebih karena kurangnya pemasukan yang diterima.
h.      Uno       :
·         Hubungan antara agen dengan PT. Malindo terjadi dengan adanya deal – dijanjikan sejumlah uang sesuai jumlah yang dicapai
·         Agen berusaha untuk menawarkan hal-hal menarik agar bisa membujuk orang menjadi TKI
i.         Rio          :
·         Pemerintah harus berperan penting dalam mencegah terjadinya masalah human trafficking, dengan membuat peraturan.
4.       Diskusi :
·         Masalah kesejahteraan menjadi alasan mendasar untuk menjadi TKI
·         Pemerintah desa perlu melakukan pendekatan dengan masyarakat sebagai salah satu upaya mengatasi masalah human trafficking, mengingat masyarakat yang berada di daerah terpencil cenderung menjadi korban maka pemerintah desa perlu bekerja optimal.
·         Apa yang perlu kita buat untuk menangani masalah krusial “Human trafficking” di NTT?
o   Menginformasikan kepada masyarakat/keluarga mengenai human trafficking dengan melihat atau menyikapi fenomena di masyarakat di mana masyarakat menjadi objek dari para mafia perdagangan manusia.
o   Beraspirasi lewat media misalkan dalam bentuk tulisan atau lainnya.

3 komentar:

  1. Menurut data dari IOM tahun 2010 ( International Organization of Migration) sekitar 200.000 orang lebih menjadi korban perdagangan manusia yang terjadi di Asia Tenggara.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Bekerja di tanah sendiri lebih nikmat,....berkreatifitaslah untuk membuka peluang kerja

    BalasHapus