Kamis, 30 April 2015

TRANSPARANSI BIROKRAI DAN PEMERINTAH NTT


         Mahasiswa NTT-UNAS kembali mengadakan diskusi resmi untuk kedua kalinya untuk membahasa secara bersama-sama persoalan daerah NTT dari cara pandang mahasiswa. Mahasiswa NTT-UNAS kali ini focus pada pembahasan tentang transparansi pemerintahan atau birokrasi yang dinilai semakin buruk. Sebagai mahasiswa yang peduli dengan daerahnya, mahasiswa-mahasiswi NTT yang menempuh pendidikan di Jakarta ini ingin membahas lebih jauh tentang birokrasi yang semakin sulit dipahami karena distranparansi yang dibuat oleh pemerintah. Walaupun belum merasakan lingkungan birokrasi, kami (sebagai bagian dari NTT) mau mengkaji masalah birokrasi yang berdampak langsung pada peningkatan mutu dan kualitas hidup masyarakat NTT.
         Persoalan pertama yang dikaji adalah tentang transparansi anggaran.
Pendapat masing-masing peserta:
Seto:
Transparansi itu penting supaya masyarakat tahu dan paham kinerja pemerintah. Kenapa pemerintah tidak transparan?  karena kita dalam memilih pemimpin tidak berdasarkan kepada kapasitas dan kemampuan yang diidealkan. Media di daerah juga belum banyak yang berani membongkar kebobrokan di daerah, khususnya tentang tidak transparannya pemerintah.
Ronald:
Kenapa mereka tidak transparan?
Solan :
Media menjadi salah satu jalan keluar yang bisa mendorong pemerintah agar lebih transparan.
Rio   :
Langkah konkret adalah salah satu hal yang perlu kita sadari sebagai reaksi dari fenomena birokrasi yang buruk di daerah NTT. Apa yang seharusnya yang kita buat (tindakan nyata) agar bisa mendobrak perubahan di NTT, dalam hal ini mendobrak pentingnya transparansi birokrasi/anggaran atau kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.
Solan:
Integritas adalah salah satu hal yang perlu diperjuangkan agar bisa membawa perubahan atau menghindar dari system yang buruk.

Persoalan keterbukaan erat kaitannya dengan campur tangan masyarakat. Ketika pemerintah disalahkan, yang perlu disadari adalah tindakan pemerintah itu adalah tindakan dari orang-orang yang mendapat mandat dari masyarakat. Artinya, kita bisa memanfaatkan momen pemilu di daerah untuk melahirkan para pemimpin yang capable (mampu) memimpin dan punya kapasitas dalam mengelola sumber daya manusia dan sumber daya alam di NTT.
Seberapa penting transparansi?
Pentingnya transparansi adalah jangan sampai kita dibodoh-bodohi pemerintah. Masyarakat kita sudah mengalami kemiskinan, kurangnya lapangan kerja, dan tingginya angka penggangguran. Adalah sedih ketika pemerintah justru tidak berniat membangun masyarakatnya dan malah membodohi masyarakat.

Strategi yang bisa dilakukan:
Berangkat dari realitas masyarakat NTT yang masih didominasi oleh masyarakat yang berpendidikan menengah ke bawah maka yang perlu dibuat adalah bagaimana meningkatkan kemampuan kognitif masyarakat. Kita dapat mengumpulkan buku-buku untuk dikirim ke daerah, untuk menumbuhkan semangat baca dan meningkatkan aspek kognitif anak-anak.

Mengadakan pameran untuk menarik minat teman-teman mahasiswa NTT yang kuliah di kampus lain.


Selasa, 14 April 2015

Saatnya Politik Lokal Dipimpin Generasi Muda



Judul di atas sepintas sangat mendiskreditkan posisi orang tua yang ingin menjadi pemimpin. Tetapi, itulah ungkapan beberapa orang muda yang saya dapatkan ketika masuk dan membaca beberapa komentar lepas di Grup media sosial (facebook) PEMIMPIN MANGGARAI MASA DEPAN.

Komentar lepas tersebut adalah ungkapan isi hati dan pikiran yang sudah terpatri bagi golongan tertentu di Manggarai. Mungkintrack record kepemimpinan di tangan orang tua dinilai buruk oleh orang-orang muda yang dikuasai idealisme. Mungkin juga, orang-orang muda yang bersemangat dan berkomiten menjaga optimisme tidak mendapatkan kesempatan untuk ikut andil membangun manggarai raya.

Kedua kemungkinan itulah yang bisa diterima akal sehat saya hingga saat ini. Pertama, berkaitan dengantrack record kepemimpinan orang tua di manggarai raya. Sejarah politik manggarai tidak pernah berada di bawah kepemimpinan orang muda. Orang tua selalu memegang estafet kepemipinan dan mendominasi kepala-kepala dinas dan instansi penting di Manggarai Raya.

Sepanjang sejarah itu juga, belum ada pemimpin yang patut dibanggakan oleh masyarakat manggarai. Parameter yang bisa digunakan adalah lambat proses pembangunan yang terjadi di manggarai. Pemerintah banyak memanfaatkan kondisi masyarakat demi kepuasan pribadi atau memperkaya diri. Hal itu tak terbantahkan jika kita melihat realitas yang mencabik rakyat, misalnya masih banyak desa yang belum diterangi listrik, masih banyak anak-anak yang harus berjalan kaki belasan kilometer untuk bersekolah, masih banyak desa yang belum mendapat akses transportasi.

Ironisnya, para pemimpin kita bersenang-senang di atas penderitaan rakyat. Mereka tidak bisa membedakan ruang publik dan ruang privat. Mereka menggunakan mobil dinas untuk jalan-jalan, belanja ke pasar, dan kebutuhan pribadi lainnya. Mereka membelanjakan uang dinas untuk barang-barang mewah yang mahal. Tak sedikit pejabat kita yang punya mobil mewah bernilai ratusan juta bahkan miliaran rupiah. Karena mobil-mobil maal itu juga mereka enggan mengunjungi masyarakat di desa terpencil karena akses transportasi buruk. Tapi, pertanyaannya apakah mereka akan selalu menghindar dari kenyataan itu dan hanya menikmati kesenangan dengan barang-barang mewah milik negara itu?.

Siapa pemimpin manggarai yang berhasil membebaskan ata manggarai dari kemiskinan? Siapa pemimpin manggarai yang mempunyai manajemen kepemimpinan yang luar biasa? Sampai sekarang saya belum menemukan jawabannya.

Kemungkinan yang kedua, ruang gerak orang muda sangat sempit dan seperti dibatasi. Orang muda dalam sejarah politik bangsa selalu menjadi agen perubahan, orang muda memiliki tekad yang kuat dan idealisme yang luar biasa. Semangat orang muda sangat menggebu-gebu dan revolusioner. Tapi, hanya semagat tanpa ruang aktualisasi sama saja bohong. Orang muda butuh kepercayaan, orang muda butuh ruang yang besar untuk bergerak dan orang muda ingin diberikan kesempatan untuk memimpin.

Mungkin keberhasilan akan muncul dan kemerdekaan akan menguasai masyarakat jika orang muda diberikan ruang dan waktu untuk berkarya. Optimisme orang muda akan tumbuh ketika yang tua mau mengakui kehebatan anak-anak muda manggarai. Generasi muda juga pasti paham tentang kepemimpinan, tentang politik dan apalagi tentang dinamika sosial. Mungkin kita butuh orang-orang seperti mereka untuk mengubah wajah manggarai. Optimisme dan komitmen orang muda akan mati dan hilang bersama waktu jika ruang dan waktu tak memihak kepada mereka.

Ketika manggarai dipimpin oleh generasi baru mungkin tendensi untuk kongkalikong dan KKN lebih sulit terjadi, karena mereka diawasi orang tua. Orang tua dalam politik bisa berfungsi sebagai pengawas sekaligus penasehat, bukan tidak dibenarkan jika intervensi penuh terhadap kebijakan generasi muda.

Maka, sekarang saatnya manggarai berani memberi kesempatan bagi calon-calon pemimpin yang lebih muda dibandingkan yang lainnya. Banyak orang muda menilai (termasuk saya) busuknya jaringan kerja orangtua yang manis di mulut saja. Rasa percaya saya pada calon pemimpin yang tua sangat kecil bahkan tidak segan saya berkomentar tidak layak untuk dipilih. Mereka terlalu jujur menilai bahwa manggarai gampang diotak-atik, diadu-domba, diarahkan dan dipermainkan. Kita tidak butuh orang semacam itu, kita tidak butuh orang yang pandai berbicara tapi tak ada karya dan aksi yang nyata.

oleh:

Hipatios Wirawan Labut

Mahasiswa Hukum di Jakarta

Sabtu, 20 Desember 2014

JELANG MEA 2015 PERLU PENINGKATAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan diberlakukan 31 Desember 2015 akan menjadi pasar terbuka di kawasan Asean dan berdampak pada daerah di Indonesia karena mobilitas arus barang, jasa, investasi, modal dan tenaga kerja akan bergerak bebas.
Demikian dikemukakan Ketua Umum Apkasi (Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia) Isran Noor pada diskusi kesiapan daerah menghadapi MEA 2015 di Sekretariat Apkasi Jakarta, Rabu (20/8), yang diikuti para Bupati seluruh Indonesia serta Sekretaris Jenderal Asean, Le Luong Minh.
Terkait pemberlakuan MEA 2015 beberapa kalangan menilai, Indonesia terutama daerah belum sepenuhnya siap, yang disebabkan kurangnya sosialisasi di pusat dan daerah, sementara tidak sedikit pemerintah daerah yang belum menyiapkan kerangka regulasi, kebijakan maupun program.
Karena itu, menurut Isran, daerah harus memiliki strategi khusus menghadapi MEA 2015, antara lain dengan meningkatkan daya saing produk unggulan daerah dan mendorong ekspansi promosi produk unggulan melalui fasilitasi promosi dan mendorong eksportir mengembangkan pasar di Asean.
Disamping itu juga mendorong investasi di daerah melalui penyederhanaan prosedur, mempersingkat waktu, serta transparansi proses perizinan usaha dan menciptakan iklim investasi yang kondusif di daerah memalui tata kelola yang baik.
Pertemuan itu juga membahas RUU Pilkada yang akan disampaikan pada Komisi II DPR dalam waktu dekat.
Isran Noor mengemukakan, isu yang berhembus terkait pemilihan Bupati dan Walikota dipilih melalui DPRD, menunjukkan kemunduran demokrasi di era reformasi, mengingat tujuan reformasi agar rakyat memperoleh haknya secara langsung.
Isran mengakui ada yang kontra terkait pilkada langsung karena dianggap pemborosan biaya dan marak politik uang, namun hanya sebagian kecil kalangan.
Menurut Isran tidaklah adil dan fair bila pilkada langsung menjadi biang keladi semuanya.
Apa dengan mengembalikan pemilihan bupati/walikota kepada DPRD, akan ada jaminan hilangnya praktik politik uang, tanya Irsan.
Irsan menilai justeru melalui DPRD praktek jual beli suara dan persekongkolan bisa terjadi dalam bentuk transaksi terselubung yang jumlah dananya bisa jauh lebih besar ketimbang pilkada langsung.
Pilkada langsung menurut Irsan, bermanfaat dalam memperkuat dan mengembangkan konsep check and balance dalam penyelenggaraan pemerintahan, karena calon Kepala Daerah tersebut dapat melakukan kontrak politik secara langsung dengan masyarakat, sehingga bila di kemudian hari janji politik clon Kepala Daerah itu tidak dipenuhi, masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi dalam negara dapat menuntut pertanggungjawabannya.
Sebagai langkah nyata kepedulian Kepala Daerah menjadikan BUMD lebih profesional, mandiri dan siap menghadapi tantangan global, pada kesempatan itu dilakukan juga penandatanganan MoU (Memorandum of Understanding/Nota Kesepahaman) antara Apkasi dengan BKS-BUMDSI (Badan Kerjasama BUMD seluruh Indonesia), yang akan ditindaklanjuti dengan pelaksanaan BUMD Business Summit 17-19 Desember 2015 di Surabaya.
Menurut Ketua Umum BKS-BUMDSI Arif Afandi tujuan kerjasama tersebut untuk meningkatkan kapasitas BUMD dalam rangka memberdayakan potensi daerah menghadapi MEA 2015. 

source:http://kominfonewscenter.com/

Kamis, 11 Desember 2014

PROFIL MAHASISWA NTT-UNAS


1. URNO KORO





2. SOLLAN JEBATU


3. ARRIO JEMPAU

4. CAHYO NGAMBUT
5. DEDE BARUS


6. THOMY KURNIAWAN


7. WIRA HIPATIOS





Peran Pemuda Indonesia dalam Menghadapi AEC 2015 (Telaah Peran Strategi Universitas Cetak SDM Berkelas Dunia)


Tiburtius Solanus Jebatu

Peran Pemuda Indonesia dalam Menghadapi AEC 2015
(Telaah Peran Strategi Universitas Cetak SDM Berkelas Dunia)

Tiburtius Solanus Jebatu

Pendahuluan 
Tak dapat dipungkiri pemuda adalah golongan kritis, kreatif dan memiliki ide-ide baru yang dibutuhkan komunitas dan masyarakatnya. Pemuda merupakan pribadi yang sedang mengalami proses pembentukan kesadaran dan pematangan identitas diri sebagai agen perubahan social. Identitas agen perubahan social mendorong dan memacu semangat untuk mengatasi banyak persoalan dan tantangan, konflik serta kebingungan agar menemukan tempatnya di masyarakat. Bila kita tengok perjalanan sejarah bangsa Indonesia peran pemuda sangatlah penting dan menetukan. Pemuda bagaikan granat dimana ada waktunya untuk meledak, yang selalu memberi isyarat bahwa mereka tampil sebagai penentu perubahan dan mampu memberikan solusi atas segala persoalan. 

Sejarah bangsa mencatat bahwa kaum muda ternyata  mampu memberikan kontribusi untuk perubahan bangsa Indonesia. Tidak perlu disebutkan satu per satu tetapi yang jelas imaginasi mereka tentang masa depan Indonesia sangat mengagumkan. Pada 28 oktober 1928 dengan gagah berani para pemuda dari berbagai pelosok tanah air berikrar tentang satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Betapa visionernya kaum muda ketika itu. Apa yang mereka lakukan tentu berakar dari dambaan akan sebuah perubahan. Hal ini cukup membuktikan bahwa kaum muda beridentitaskan sebagai agent of changes.

Generasi muda selaku agen of changes tidak hanya menunggu dan bermimpi tentang perubahan bangsa ini kearah yang lebih baik tetapi kita sendiri harus menjadi perubahan itu. Tidak ada yang kekal di dunia ini kecuali perubahan. Kaum muda adalah pembawa dan penentu arah perubahan bagi masa depan sebuah bangsa. Perubahan seperti apa yang kita lakukan? Kita tidak mungkin menghasilkan sesuatu yang besar tanpa berinisiatif untuk melakukan sesuatu yang baru. Langkah awal dimulai dari perubahan diri sendiri.

Pemuda memiliki progress/ cita-cita dan menerima tantangan. Setiap zaman pemuda dimanapun dan kapanpun selalu punya tantangannya sendiri. Karena itu, pemuda dituntut untuk bertarung, berpikir keras, bersikap cerdas terhadap tantangan dan persoalan zamannya. Tidak hanya itu, pemuda dituntut agar mampu merespon tantangan dan persoalan zamannya secara cepat dan tepat. Jika tidak, kaum muda terhempas gelombang dan badai zaman. Dengan kata lain, jika kaum muda gagal merespon serta mengatasi tantangan zaman maka pemuda Indonesia selaku agen of changes gagal menoreh sejarah baru bagi bangsa dan zaman.
Pemuda Indonesia tidak lama lagi akan menemui babak baru yaitu diterapkannya ASEAN Economic Community pada 2015 mendatang, sudah siapkah pemuda Indonesia?
Asean Economic Community (AEC) merupakan kesepakatan yang dibangun oleh sepuluh negara anggota ASEAN. Terutama di bidang ekonomi dalam upaya meningkatkan perekonomian di kawasan dengan meningkatkan daya saing di kancah internasional agar ekonomi bisa tumbuh merata, juga meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan yang paling utama adalah mengurangi kemiskinan. Menanggapi hal ini, pemuda Indonesia harus siap dan mampu bersaing di kancah internasional, sebagai bentuk persembahan bagi bangsa dengan mempresentasikan kualitas daya saing di era persaingan global. Tentu bukan hal mudah menghadapi persolan ini. Tantangan ini harus diolah dengan serius. Kondisi persaingan ini menjadi perang akbar bagi pemuda Indonesia, karenanya pemuda Indonesia harus mampu berkompetisi demi menjaga eksistensi sekaligus pembuktian bagi bangsa bahwa pemuda Indonesia siap menghadapi kondisi persaingan global khususnya AEC 2015.   

I  Peran Strategi Universitas Cetak SDM Berkelas Dunia dalam Menghadapi AEC
Sasaran dan tujuan dari strategi universitas yaitu mencetak SDM berkualitas yang siap berkompetisi dalam bidang apapun serta meningkatkan daya saing dalam menghadapi tantangan global. Generasi muda adalah asset dan calon penerus karya bangsa tentu diharapkan mampu menjadi fighter dan ujung tombak utama dalam persaingan global. Sejarah telah memperlihatkan bahwa bangsa Indonesia memiliki daya tahan dan kekuatan untuk bangkit dalam setiap persoalan dan krisis yang dihadapi. Ini yang harus terus dipelihara dan ditingkatkan.
Pada kondisi di mana akses kepada pendidikan masih perlu dan terus ditingkatkan, generasi muda terdidik diharapkan mampu memberikan kontribusi terbaiknya kepada bangsa dan masyarakat. Harapannya adalah dengan mengenyam pendidikan, kaum terdidik (pemuda Indonesia) harus mampu mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan dan persoalan jamannya. Mengingat AEC 2015 adalah peluang dan kesempatan maka perlu disadari pula bahwa Asean Community 2015 menjadi tantangan terbesar bagi pemuda Indonesia serta masyarakat Indonesia keseluruhan, karena itu perlu ada pembenahan/ pembekalan yang serius agar mampu bertahan dalam kondisi persaingan.      
I.I. Penguatan Daya Saing SDM dalam Menghadapi AEC 
Asean Economic Community (AEC) diterapkan pada 2015 mendatang. Atmosfir kompetisi di era perdagangan bebas semakin terasa. Hal itu menandakan tidak lama lagi akan menemukan babak baru. Tak dapat dipungkiri banyak kalangan pengusaha, politisi hingga kaum muda dilanda rasa khawatir dan pesimis. Berkembang persepsi bahwa daya saing produk Indonesia/ perindustrian akan semakin melemah terlebih dalam menghadapi kekuatan produk dari Negara lain (Negara-negara di asia tenggara). Pelbagai prediksipun muncul bahwa sektor produksi Indonesia gulung tikar, pengangguran meningkat dan daftar jumlah penduduk miskin semakin melebar.
Masalah utama yang dihadapi adalah kelemahan daya saing yang berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia (SDM). Jika saat ini AEC (Asean Economic Community) sudah mulai diterapkan, maka perdagangan bebas dalam waktu dekat akan merambah di seluruh kawasan Asia Tenggara. Selanjutnya, bukan hanya perdagangan bebas (produk dan jasa) bahkan manusia juga akan bebas berdomisili untuk mengembangkan usaha/ industri dan mencari kerja.
Asean Economic Community (AEC) menjadi tantangan dan peluang bagi pemuda Indonesia khususnya dan bagi masyarakat Indonesia keseluruhan. Menanggapi hal ini, diperlukan pemberdayaan sumber daya manusia sebagai langkah penguatan daya saing dengan tujuan agar mampu berkompetisi dalam kondisi persaingan. Pemuda Indonesia sebagai asset dan calon penerus karya bangsa, dengan melihat AEC 2015 sebagai peluang maka perlu memperkaya diri melalui jalur pendidikan. Memperkaya diri yang dimaksudkan yaitu merujuk pada pemberdayaan kualitas sumber daya manusia serta memperkuat barisan (pembenahan intelektual) agar mampu berkompetisi dan mampu menjawab tuntutan persaingan global. Menanggapi hal ini, universitas khususnya dan pemerintah pada umunya harus bekerja sama (menemukan solusi efektif) serta merancang strategi yang tepat dalam menghadapi kondisi riskan, seperti yang telah dipaparkan di atas.  
               
I.II. Peran Strategi Universitas dalam menghadapi Asean Commmunity
Mengingat kaum muda adalah calon penerus karya bangsa dan sebagai ujung tombak utama dalam persaingan global maka pendidikan menjadikan modal serta bekal utama untuk menghadapi tuntutan persaingan global. Indonesia harus menjadi bangsa yang besar dan mampu bersaing di era perdagangan bebas, khususnya AEC 2015 (Asean Economy Community). Kesiapan bangsa Indonesia dalam menghadapi pasar bebas AEC 2015 harus diimbangi dengan SDM yang siap dan mampu mengatasi kondisi persaingan.
Bagaimana peran dan keterlibatan universitas dalam mengatasi Asean Community? Langkah yang perlu diambil yaitu menata fondasi yang kokoh dengan mencetak SDM (kaum muda) yang siap bertarung  maka keterlibatan universitas dalam menghadapi persaingan dan perdagangan bebas sangat dibutuhkan. Universitas berperan penuh dalam mencetak SDM berkualitas. Karenanya, universitas harus memiliki strategi yang tepat untuk mendukung persiapan kaum muda (mahasiswa=kaum muda) selaku actor utama dalam menghadapi tantangan dan persoalan zamannya. Kemajuan bangsa ini, tak terlepas dari kualitas individu yang siap bersaing. Di sinilah peran universitas dalam mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan memiliki nilai jual yang tinggi serta siap menghadapi era persaingan global khususnya AEC 2015.
Dengan melihat realita persaingan global yang akan dihadapi, universitas perlu mempercepat pembenahan mutu akademik yang diarahkan untuk menghasilkan alumni yang berkompetisi global, menguasai bahasa asing serta IPTEK. Peningkatan mutu dalam bidang akademik harus dilakukan dengan serius demi pencapaian. Pencapaian yang dimaksudkan adalah kualitas lulusan dapat dipertanggungjawabkan. Selain membekali mahasiswa dengan softskill kewirausahaan misalkan dengan mengadakan workshop/ pelatihan secara rutin dan serius, promosi alumni kepada banyak perusahan baik di dalam maupun luar negeri harus diintensifkan. Membina hubungan dengan universitas di luar negeri melalui pertukaran mahasiswa (studi banding) juga menjadi sumbangan penting bagi peningkatan mutu. Hal penting lainnya yaitu mendukung kegiatan pilihan mahasiwa (organisasi) dengan memberikan arahan sesuai kebutuhan dan konteks organisasi.                      



II  Kriteria Yang Diperlukan Untuk Mempersiapkan SDM dalam Menghadapi AEC
Apa yang perlu dipersiapkan dan bagaimana menghadapi kondisi persaingan yang ada? Generasi muda (pemuda Indonesia) dituntut untuk terus meningkatkan kecerdasan intelektual (berkompeten), kemampuan teknis serta mempelajari sistem melalui pendidikan formal. Hal ini perlu diimbangi dengan kemampuan kerja secara dinamis dan mampu beradaptasi guna menghadapi kondisi persaingan yang terus berubah. Generasi muda harus mampu berkreasi dan berinovasi untuk terus mencari gagasan dan peluang serta solusi atas berbagai permasalahan.
Meski demikian, tuntutan persaingan global tersebut hendaknya tidak menjadikan generasi muda mengabaikan akar kultural serta menodai keaslian identitas sebagai pemuda –masyarakat yang lahir dan hidup dari budaya Indonesia. Kaum muda Indonesia harus mampu memaknai nasionalisme di tengah derasnya arus globalisasi. Persentuhan dengan budaya-budaya luar yang semakin tinggi harus menjadi sarana untuk memperkuat identitas cultural dan ke-indonesiaan.          

Kesimpulan
Asean Economic Community (AEC) merupakan kesepakatan yang dibangun oleh sepuluh negara anggota ASEAN. Terutama di bidang ekonomi dalam upaya meningkatkan perekonomian di kawasan dengan meningkatkan daya saing di kancah internasional agar ekonomi bisa tumbuh merata, juga meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan yang paling utama adalah mengurangi kemiskinan. Dalam menanggapi Asean Economic Community (AEC) 2015 diperlukan pemberdayaan sumber daya manusia sebagai langkah penguatan daya saing. Kualitas sumber daya manusia perlu diperkuat agar memiliki kompetensi berdaya saing global. Baik pemerintah, universitas dan akademisi harus bersinergi dalam menanggapi kondisi persaingan di era persaingan global.   
                Asean Economic Community (AEC) menjadi tantangan dan peluang bagi pemuda Indonesia khususnya dan masyarakat Indonesia keseluruhan. Pemuda Indonesia sebagai calon penerus karya bangsa, Asean Community yang diterapkan pada 2015 mendatang menjadi peluang dan tantangan maka perlu mempersiapkan diri secara serius melalui jalur pendidikan. Sasaran dan tujuan pendidikan yaitu mencetak SDM yang berkualitas dan bertanggung jawab. Pendidikan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta memperkuat barisan (pembenahan intelektual) untuk berkompetisi dan merespon tuntutan persaingan global. Pada kondisi di mana akses kepada pendidikan masih perlu dan terus ditingkatkan, generasi muda terdidik diharapkan mampu memberikan kontribusi terbaiknya kepada bangsa dan masyarakat.  
Langkah yang perlu diambil yaitu menata fondasi yang kokoh dengan mencetak SDM (pemuda Indonesia) yang siap bertarung, maka keterlibatan universitas dalam menghadapi persaingan dan perdagangan bebas sangat dibutuhkan. Universitas berperan penuh dalam mencetak SDM berkualitas. Karenanya, universitas harus memiliki strategi yang tepat untuk mendukung persiapan kaum muda (mahasiswa=kaum muda) selaku actor utama dalam menghadapi tantangan dan persoalan zamannya khusunya persaingan global. Kemajuan bangsa ini, tak terlepas dari kualitas individu yang siap bersaing. Di sinilah peran universitas dalam mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan memiliki nilai jual yang tinggi serta siap menghadapi era persaingan global khususnya AEC 2015.








Selasa, 02 Desember 2014

Human Trafficking: Puncak Problem Pembangunan

Pertemuan perdana KESWANT
TEMA: HUMAN TRAFFICKING (PERDAGANGAN  MANUSIA)
1.       Pengantar
Human trafficking adalah problema yang menjadi perhatian semua manusia. Di daerah terkecil pun human trafficking menjadi  fenomena umum. Di NTT misalnya, persoalan human trafficking akhir-akhir ini menjadi masalah yang menyita perhatian banyak orang. Masalah perdagangan manusia adalah kenyataan yang mencekam di NTT karena daerah NTT menempati urutan teratas sebagai propinsi yang melakukan perdagangan manusia (sumber; kapolda NTT). Persoalan itu tidak terlepas dari keberadaan pemerintah yang dinilai diam dan tidak serius menangani masalah kemanusiaan. Hal itu berangkat dari kenyataan bahwa kapolda NTT berusaha untuk menutup kasus itu supaya tidak terungkap ke ruang publik. Belakangan juga diketahui adanya dugaan keterlibatan dari pejabat yang berada di propinsi NTT.
Peran besar perusahaan yang merekrut Tenaga Kerja Indonesia (TKI) – PT. Malindo Mitra Perkasa – yang berpusat di Depok, Jawa Barat, mendukung disembunyikannya kasus-kasus perdagangan manusia. Ada banyak pelanggaran yang dilakukan PT. Malindo, diantaranya: penyekapan TKI di Batam, kriminalisasi polisi Rudi Soik, pengiriman TKI ilegal (tidak mempunyai identitas, melebihi kuota, dsb. Oleh karena itu, siapapun yang berani membongkar mafia di balik perdagangan manusia, akan dikriminalisasikan (contoh: Brigadir Rudi Soik).
2.       Solusi:
Langkah yang sudah diambil pemerintah:
·         Pemerintah pusat (Menteri Ketenagakerjaan, Hanif) mendesak agar segera menutup PT. Malindo Mitra Perkasa yang membuka cabang di NTT).
·         Memecat pejabat Yang diduga terlibat dalam perdagangan manusia
·         Membongkar jaringan mafia perdagangan manusia
3.       Sharing anggota
a.       Ronal     :
·         Kurangnya pendidikan seseorang membuat dia lemah untuk mengelola informasi yang masuk dan percaya begitu saja tawaran seseoarang.
·         Kebutuhan hidup yang semakin bertambah mendorong orang untuk merantau demi manyambung hidupnya tanpa memperhitungkan dampak buruk
·         Solusi pemerintah diharapakan untuk melakukan pemberdayaan manusia, misalnya melalui bantuan dan sosialisasi
·         Solusi: pemerintah harus meningkatkan lapangan kerja (kesempatan kerja)
·         Budaya: gotong-royong kadang menimbulkan gengsi
b.      Umbu   :
·         Pendidikan selalu berhubungan dengan pembangunan. Relasi pembangunan – pendidikan – meningkatnya jumlah TKI yang bekerja ke luar negeri sangat kuat. Banyak orang ingin bekerja ke luar negeri bukan saja untuk tujuan uang tetapi ingin mengetahui situasi kota/tempat yang lebih modern. Ini berawal dari kanyataan bahwa mereka tidak merasakan efek pembangunan.
·         Pertanian adalah sektor utama bagi masyarakat NTT, jadi kita harus menjaga sektor itu dengan baik. Untuk menjaga sektor ini adalah kita harus menolak tambang, karena tambang bertolak belakang dengan pertanian. Tambang akan mengurangi debit air, karena hutan sebagai sumber produksi akan rusak oleh tambang.
·         Kembangkan kebudayaan secara maksimal  sehingga kita tidak akan lari ke luar negeri, karena kita bisa mendapatkan uang dari sektor itu.
·         Kita tidak bisa menyalahkan kebudayaan karena kebudayaan itu sebenarya menginginkan adanya kreativitas masyarakat.
c.       Sollan    :
·         Menjadi TKI bukan sebuah kesalahan, yang menjadi masalahnya adalah minimnya pendidikan dan keterampilan yang dimiliki oleh TKI itu.
·         Demi mewujudkan kemauan untuk menjadi TKI, orang-orang di kampung – yang diasingkan dari pembangunan – mengorbankan banyak hal (menjual tanah, meminjam uang, dan menitipkan anak).
·         Masyarakat kita kadang tidak tahu diri: memaksa kemampuan diri sendiri
d.      Seto       :
·         Dorongan mendasar yang menyebabkan meningkatnya jumlah TKI adalah ingin merasakan aroma hidup di kota.
·         Minimnya pendidikan seeorang mempengaruhi cara berpikir dan cara memfilter informasi yang masuk – ajakan dari para calo, teman-teman, dan sebagainya.
·         Gereja harus menyeimbangkan antara kata-kata dan perbuatan (aksi nyata)
e.      Wira       :
·         Persoalan trafficking adalah puncak dari masalah-masalah keterasingkan publik dari pembangunan. Yang kita kritisi bukan masalah pucaknya tapi akarnya. Artinya, kita jangan terlalu bicara hanya seputar trafficking, tapi bagaimana kita memecahkan akar persoalannya, yakni mendorong pemerintah untuk memajukan pembangunan masyarakat.
f.        Dede     :
·         Salah pengertian tentang apa itu gaul?. Kita menilai istilah gaul sebagai sesautu yang memeras dan menyiksa kita sendiri.
·         Gereja harus melakukan pendekatan, mempengaruhi mental masyarakat, karena gereja mempunyai kemampuan yang baik untuk melakukan pendekatan.
g.       Cahyo   :
·         Masyarakat kadang salah menyikapi kebudayaan. Misalnya, belis.
·         Belis kadang menjadi alasan seseorang untuk mencari uang yang lebih karena kurangnya pemasukan yang diterima.
h.      Uno       :
·         Hubungan antara agen dengan PT. Malindo terjadi dengan adanya deal – dijanjikan sejumlah uang sesuai jumlah yang dicapai
·         Agen berusaha untuk menawarkan hal-hal menarik agar bisa membujuk orang menjadi TKI
i.         Rio          :
·         Pemerintah harus berperan penting dalam mencegah terjadinya masalah human trafficking, dengan membuat peraturan.
4.       Diskusi :
·         Masalah kesejahteraan menjadi alasan mendasar untuk menjadi TKI
·         Pemerintah desa perlu melakukan pendekatan dengan masyarakat sebagai salah satu upaya mengatasi masalah human trafficking, mengingat masyarakat yang berada di daerah terpencil cenderung menjadi korban maka pemerintah desa perlu bekerja optimal.
·         Apa yang perlu kita buat untuk menangani masalah krusial “Human trafficking” di NTT?
o   Menginformasikan kepada masyarakat/keluarga mengenai human trafficking dengan melihat atau menyikapi fenomena di masyarakat di mana masyarakat menjadi objek dari para mafia perdagangan manusia.
o   Beraspirasi lewat media misalkan dalam bentuk tulisan atau lainnya.